Suluk Thariqah Asy-Syadzily

Suluk Thariqah Asy-Syadzily

Kamis, 18 November 2010

Rabithah Syaikh Maulana Daly Asy-Syadzily



"Dengan Bismillah kalam kami bermula
serta Sholawat pada Sayidina Rasulullah..

Bermula kalimat Innallaaha 'alimun khabir
Sesungguhnya Allah Maha Sempurna IlmuNya
Lagi Maha Mengetahui seluruh Rahasia hambaNya..

Telah berwasiat kepada kami
leluhur dan Mursyid kami nan mulia..

Abuya Haji Faiman walid dari Haji Daliman
Maulana Musthafa Iman di Pulau Sembilan
atas sanad wasilah pendahulunya..

Tuk Haji Abdullah Iman Imam Darul Langkat
daripada sanad Maulana Ali Al Jawi..

Daripada wasilah auliya di Mataram Jawi
Kyai Suro Gedhug dalam kauniyah Al Jawi..

Bersambung pada Haji Maulana Ahmad Kamal
yang jauh berhijrah ke negeri seberang..

Sanad berlanjut pada Tok Maulana Abdul Qadir
Ibni Tok Maulana Abdul Karim Asy-Syadzily..

Putera dari Tok Maulana Abdul Jalil bin Ali
adalah musafir yang berkauniyah di negeri Pasai..

Dan Tok Maulana Ali putera Tok Maulana Ahmad
mengikuti takdir hingga ke makam Rasulullah..

Berkelana mengembarai luasnya hikmah Iman..
kesejatian hidup menjadi abdillah di dunia fana..

Sanad bersambung pada Syaikh Maulana Najmuddin
auliya masyhur yang hidup di negeri Islam Pasai..

Daripadanya hikmah dan wasilah berlanjut
hadrat Mawla Syaikhuna Asy-Syadzily Al Jawi..

Para auliya yang berjuang semasa Wali Sanga
mengembara hidupkan paku tauhid di bumi Jawa..

Syaikh Maulana Hasan Nuruddin Asy-Syadzily
berpusara di Alas Rahtawu Gunung Muria..

Syaikh Maulana Mohammad Shalih Al Bantani
berpusara di Gunung Santri negeri Jawi Maghrib..

Sanad berlanjut pada sang walid ulama Malaka
yang bertawajuh dalam kalam hidayah dan inayah..

Syaikh Maulana Malik Abdurrahman Al Malaka
berhijrah hingga wafat di Darul Malik Al Mulk..

Darimana hendak kemana, wahay saudara
janganlah lupa hendak pulang kemana jua..

Berlanjut pada Syaikh Maulana Malik Abdullah
Waliyul Qutubuddin yang uzlah diri di bumi Jawi..

Ialah putra Syaikh Maulana Malik Ahmad Al Jawi
Musyarif yang berkauniyah di negeri Cakra Buana..

Bilamana susah mencari tiada berjumpa
Tiada mencari justru bersua wujud akhirnya..

Syaikh Maulana Abdul Malik bin Ahmad Asy-Syadzily
dari Al Quds berlayar berakhir di ujung Jawi Maghrib..

Dari negeri Jedah menuju Masjidil Aqsa
Syaikh Maulana Ahmad Awwaluddin berkelana..

Adalah putera daripada Saudagar dari Tunisia
Syaikh Maulana Hasan Ali bin Ali Asy-Syadzily..

Yang menyembunyikan ihwal diri dalam sunyi
tiada henti bermasyuk dalam luas lautan tauhid..

Asrar Syaikh Nurruddin ialah tarikat kami bermula
hadrat Syaikh Maulana Abu Hasan Ali Asy-Syadzily..

Putera Abu Abdullah bin Abdul Jabar At-Tunisi
ialah putera daripada Abu Thamiim bin Abu Hurmuz..

Adalah keturunan daripada Abu Qushaiy bin Abu Yusuf
bin Abu Yushaqq bin Abu Wardh bin Abu Batthal..

ialah keturunan daripada Abu Ali bin Abu Ahmad
bin Abu Muhammad bin Abu Issa bin Abu Idhris..

ialah keturunan daripada Abu Umar bin Sayyid Idhris
bin Sayyid Abdullah bin Sayyiduna Hasan Al Mutsanna..

Ialah putera dari Sayyiduna Al Imam Hasan As-Sabti
Ibni Sayyidina Al Imam Ali Al Haidar Amirul Mukminin..

Demikianlah kiranya asrar disampaikan maqam Bani ini
dalam khauf ilallah kiranya iman hidup mati kami..

Betapapun tinggi wasilah nasabiyah
kemuliaan nasab pendahulu kami?

Tidaklah sekali-kali,
kami akan bersandar kepadanya!

Kami akan membangun
sebagaimana leluhur kami membangun..

Dan suka rela dalam berkarya
sebagaimana mereka yang telah berkarya..

bukanlah seorang Al Daly yang sejati
yang berkata lihatlah karya leluhurku!

Sesungguhnya Al Daly yang sejati
Ialah yang berkata inilah aku dan karyaku..

Sebagaimana Rasulullah telah bersabda
dan menjadi sanad tarikat hidup kita..

i'mal li dunyaka ka annaka ta'isyu abadan
wa'mal li akhirati ka annaka tamutu ghadan..

Bekerjalah untuk kepentingan duniamu
Bagaikan engkau akan hidup selamanya..

Dan kerjakanlah kewajiban akheratmu
Bagaikan engkau akan mati esok pagi.

Hasbunallaah cukuplah Allah bagi kami
keyakinan adalah mahkota keimanan..

Wattabi' sabiila man anaaba ilayyaa..
Dan hendaklah engkau mengikuti
jalan orang-orang yang sudah bisa kembali..

Ma'urifa bihi minal khisolil hamidati
wal akhlaqil jamiilati..

Apa yang diketahui pada manusia
tentang budi pekertinya yang terpuji
dan akhlaknya yang baik..

Qul kafa billahi baini wa bainakum syahidan
wa ya'lamu ma fissamawati wal ardhli..

Katakanlah, cukuplah Allah menjadi saksi
antaraku dan antaramu..

Dan Allah Mengetahui apa ada yang di langit
dan apa yang terdapat di bumi..

Hamdallah wa syukrulillah berakhir nazham ini
semoga anak cucuku nanti tiada khilaf salah guna..

Al khairu bi yadika
Wasy-syarru laisa ilaika..

Segala kebaikan itu dalam kekuasaanmu
Dan segala keburukan itu tiadalah patut kembali padamu.."

[Catatan Syaikh Pulau Sembilan, 1976]


Kakeknda tercinta juga Mursyid kami yang mulia, Al Allamah hadratus Syaikhuna Maulana Mohammad Daliman bin Datuk Haji Maulana Mohammad Faiman bin Syaikh Maulana Abdullah Langkat bin Ali Asy-Syadzily Pulau Sembilan, dan Nenek tercinta yang mulia, Hajjah Syarifah Siti Fatimah binti Raden Mas Wiro Semito bin Kyai Joyo Semito bin Pangeran Haji Abdullah As-Smitha Al Jawi, adalah Walid dari Ramanda kami, Abuya Maulana Suryaman Daly. Yang seiring riwayat, bermula sanad silsilah dan wasilah Waliduna Bani Maulana Daly yang berpusat di manzilah Medan, Sumatera Utara, serta di Pulau Sembilan, Langkat, Aceh, Palembang dan Jawa, serta beberapa zuriyatnya berada di negeri Semenanjung Malaysia.

Ketika dalam proses suluk, atau menelusuri jejak sejarah atau wasilah sanad silsilah para leluhur Bani Maulana Daly di Medan, saya sempat mendapat kesulitan berkisar adanya adab taqlid membicarakan perihal sanad silsilah awal Bani Maulana Daly? Mengapa demikian?, begitulah pertanyaan saya yang terus menjadi gundukan rasa penasaran akal dan dendam kerinduan bathin yang terus bergelora. Mungkin, kerinduan jiwa yang bersemayam dalam aliran DNA darah inilah yang ingin melepas kerinduannya, darimana orang tua kami yang telah pergi merantau ke tanah Jawi ini berasal? Dan bersalal dari rumpun keturunan siapakah pula? Itu saja, bukan karena maksud lainnya. Demikian alasan saya sampaikan kepada beberapa Datuk.

Pesan para Datuk di Medan, adalah agar kiranya kemuliaan sanad silsilah tidak membutakan mata keimanan kita kepada Allahu Jalla Jalalluh, tidak menjadikan takabur diri, dan generasi muda jatuh sesat oleh karena memberhalakan leluhur dikarenakan sejarah ataupun kejayaan masa lampaunya, sehingga mudah jatuh dalam lembah bid'ah, ataupun fitnah. Oleh sebab itu, terdapat hujjah keluarga yang mentaqlid tentang hal silsilah tersebut, oleh karena yang Allahu Jalla Jalalluh pandang daripada hambaNya bukanlah tingginya derajat sanad silsilah melainkan takwanya.

Ada satu doa Ramanda yang saya suka, meski Beliau tidak pernah menceritakan darimana sanadnya?, namun sudah tentu bersanad pada doa-doa harian yang di amalkan oleh Kakeknda, sebagaimana berikut :

"Allahumma shalli 'ala Muhammadin wa 'ala aalihi wa ash-haabihi, wa aulaadihii, wa azwaajihii, wa dzurriyyatihii, wa ahli baitihii, wa ash-haarihii, wa asy-syaa'ihii, wa muhibbiihi, wa ummatihii, wa 'alainaa ma'ahum ajma'iin, Ya Arhamar raahimiin.."

Ya Allah. mohon diberikan tambahan rahmatMu bagi Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasalam, beserta para sahabatnya, anak-anaknya, isteri-isterinya, keturunannya, ahli keluarganya, semua besannya, semua menantunya, semua saudara iparnya, semua pembelanya, para pencintanya, serta sekalian umatnya.. Kiranya itu semua kembali kepada kami termasuk golongan mereka semua, wahay Tuhan Yang Maha Pengasih dari sekalian yang pengasih..

Dalam diri saya terdapat pergumulan dua arus budaya. Yakni, budaya Melayu Ramanda dan budaya Jawi Ibunda, sehingga di masa remaja saya mengalami distorsi jati diri karena kedua orang tua saya tinggal di kota Jogjakarta. Jelas, kultur budaya Jawa berbeda dengan Melayu, sehingga bathin saya terpanggil untuk menelusuri sejarah orang tua tercinta.

"Haadzaa min fadhli Rabbii..", ini semua adalah karena Anugerah dari Tuhanku.. "demikianlah jawaban singkat dari Abuya Syaikhuna Maulana Mohammad Daliman jika menjawab pertanyaan dari para tamu, ataukah jama'ah yang beri'tibarah fikir bersama Beliau semasa hayatnya di Manzilah Mandala Medan, Sumatera Utara.

Pesan dari Abuya Syaikh Mandala, ".. Min Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu man qala : "Innaa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasalam qala, "Khairunnaasi anfa'uhum linnaas..". Bahwa di dalam Kitab Riadhus Shalihin Jilid II yang disusun oleh Tuan Haji Salim Bahreisy, diriwayatkan bahwa dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu yang berkata, "Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasalam bersabda, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling memberikan manfa'at kepada manusia lainnya..".

Hingga akhirnya, Alhamdulillah, saya memperolehnya juga meskipun harus melalui berbagai macam ujian dan rintangan, namun tiada mengapa. dan sekali lagi, saya memohonkan ampunan maaf dari seluruh Sesepuh dan para Datuk yang mulia di Sumatera, sekiranya saya mengikhti'rafkan kerinduan bathin dan resah jiwa dalam aliran darah saya kepada para Leluhur di Medan atau Pulau Sembilan. Semakin misteri semakin penasaran hati saya untuk mencari tahu ada apakah gerangan didalamnya?


Kakeknda Abuya Syaikh Maulana Mohammad Daliman lahir pada tahun Dal, atau tanggal 6 Juni 1906 di kota Medan, Sumatera Utara. Dan Beliau wafat pada hari Sabtu, tanggal 2 September 1989 pada pukul 17.55 WIB. di kediaman Beliau, Jl. Tanggok Bongkar Perum. Mandala Medan, Sumatera Utara. Dan setiap jatuh penanggalan hari mangkat Beliau di adakan pula peringatan Haul Abuya oleh kerabat keluarga, baik yang berada di sumatera maupun yang berada di Jogja.

Kemudian, Neneknda Hajjah Syarifah Siti Fatimah lahir di Kota Medan pada tanggal 31 Desember 1909 dan wafat pada hari Rabu tanggal 12 Mei 2004 pada pukul 17.00 WIB. di kediaman Beliau, Jl. Tanggok Bongkar Perum. Mandala Medan, Sumatera Utara.

Di kisahkan secara singkat oleh Ramanda, bahwa Kakenda semasa hidupnya sering berpindah-pindah tempat tinggal oleh karena mengikuti penugasan Beliau sebagai seorang Syahbandar Pelabuhan. Beliau pernah bertugas sebagai Syahbandar di Pelabuhan Pangkalan Berandan, Pelabuhan Pangkalan Susu di kota Langkat, dan terakhir hingga pensiunnya bertugas sebagai Syahbandar di Pelabuhan Belawan yang berada di Sumatera Utara. Jabatan yang tentu saja teramat menyibakkan Beliau, selain menyempatkan waktu untuk mengajarkan ilmu keagamaan dengan metode halaqah di kediaman Beliau, atau menjadi salah satu Imam besar di Pulau Sembilan yang berada di daerah Langkat.

Adapun dari pernikahan Abuya Syaikh Maulana Mohammad Daliman dengan Neneknda Ummu Hajjah Siti Fatimah, terlahir 10 anak. Bahkan, Neneknda Ummu Hajjah Siti Fatimah mempunyai seorang anak angkat yang sangat dikasihi Beliau sebagaimana putra-putrinya yang lain. Berikut nama-nama anak-anak dari Kakek dan Nenek Mandala Medan, demikian kami menyebutnya, antara lain :

1] Alm. Haji Maulana Mohammad Misnan Kresna Daly di Medan
2] Alm. Maulana Mohammad Saylan Daly di Medan
3] Haji Maulana Mohammad Radian Daly di Jakarta
4] Almh. Syarifah Siti Masdalena Daly di Medan
5] Alm. Maulana Sabaruddin Surya Dharma Daly di Medan
6] Syarifah Siti Maryam Daly di Medan
7] Almh. Hj. Syarifah Siti Mariany Daly di Tangerang
8] Almh. Syarifah Siti Suriaty Daly di Medan
9] Maulana Mohammad Suryaman Daly di Jogjakarta
10] H. Maulana Mohammad Syamsuardi Daly di Bekasi

Dan putra angkat Neneknda Ummu Hajjah Syarifah Siti Fatimah, yakni :
11] Drs. H. Chairy Wahyudi di Medan

Menurut riwayatnya, bahwa ada leluhur dari kedua orang-tua Kakeknda maupun Neneknda Medan dikisahkan bahwa sebelumnya merupakan perantauan dari tanah Jawa, ketika terjadi perang besar di tanah Jawa. Dan berdasarkan Babad Tanah Jawi, Babad Demak Pesisiran, Babad Wali Sanga, Babad Geger Bedahing Mataram, hingga Babad Diponegoro, dapat menjadi acuan historiografi penelurusan kesejarahannya, atau paling tidak menentukan pada masa pemerintahan Dinasti siapakah para leluhur kita tersebut menjalani kehidupannya?

Terlebih, sangat beruntung bagi kita jika para leluhur juga mempunyai catatan manakib perjalanan hidupnya atau para pendahulunya, manuskrip sejarah tersebut jelas menjadi harta karun bagi tersusunnya penelusuran sejarah hidup para pendahulu kita, atau sekilas potret dokumentasi kehidupannya di masa lalu? Atau, karya-karyanya, baik yang tertulis maupun karya seni lainnya untuk mengagumi kekayaan wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman bathinnya sesuai dengan latar belakang masa kehidupannya. Atau, paling tidak tinggalan catatan tentang sanad silsilah keluarga, sebagai sarana menelusuri jejak sejarah dan menemukan saudara satu Klan yang mungkin masih banyak yang tercerai-berai karena kondisi zaman itu?

Syahdan, orang-tua Kakeknda Syaikh Mandala Medan disebutkan berasal dari tlatah Mataram, atau daerah yang bernama kampung Soro Gedhug di daerah Prambanan, kota Jogjakarta sekarang. Namun, setelah mengadakan penelusuran rendezvous ke daerah tersebut, ternyata tidak membuahkan hasil pencarian yang memuaskan. Baik berupa situs petilasankah, ahli waris keluargakah, atau nama-nama ahlul kubur di daerah tersebut juga belum saya peroleh data informasinya dengan maksimal. Meski demikian, tidak menyurutkan semangat napak tilas saya ke daerah Soro Gedhug, Prambanan. Atau paling tidak, menemukan tokoh yang pernah disebut sebagai Kyai Demang Soro Gedhug ing Mataram itu? Atau, Ayah dari kakek buyut saya dari jalur sanad silsilah Ramanda saya di Wates, Kulon Progo, Jogja.

Kemudian, bahwa orang-tua Neneknda Syarifah Mandala Medan juga disebutkan berasal dari tlatah Surakarta, atau wilayah Solo kini. Hal tersebut, terbukti dengan perjalanan Neneknda berziarah ke Makam Kerabat Raja Kartasura di kota Solo. Juga, disebutkan jika Neneknda juga punya leluhur di Kasepuhan Cirebon dan Kasepuhan Banten, bahkan Beliau juga pernah berziarah pula kesana. Mungkin, di bandingkan dengan Kakeknda?, Neneknda kami justru lebih sering berkisah tentang sekilas kisah riwayat para leluhur beliau yang ada di tanah Jawa.

Namun sayangnya, ialah tidak satu pun sanad riwayat yang pernah dikisahkan Beliau semasa hidupnya di catat oleh anak keturunannya? Dan yang saya alami, saya pun agak kesulitan untuk menelusuri atau sekedar mencatat perjalanan sejarah Beliau dan leluhur Beliau untuk sekedar dokumentasi sejarah keluarga. Kalau boleh saya bertanya pada Pembaca terkasih?, "Siapa yang tidak merasa rindu kepada para leluhur kedua orang-tuanya?". Terlebih, setelah banyak para sesepuh yang berpulang ke Rahmatullah?, hendak kemana lagi kita akan bertanya ihwal sejarah asal usul leluhur keluarga kita? Generasi muda kini tentulah tidak semuanya peduli hal ini, kan?

Kita kembali lagi, bahwa pada masa perang besar di tanah Jawa, banyak terjadi urbanisasi ke tanah seberang atau Sumatera, maka banyak terjadi proses asimilasi kultur budaya Jawa dan Melayu di pesisiran Sumatera Utara. Sehingga, akhirnya banyak pula orang Melayu di Sumatera Utara yang disebut juga dengan "Orang Jadel atau Jawa Deli", oleh sebab dari kawin campur di masa penjajahan. Jika masyarakat Melayu asli disebut sebagai "Orang Maya-Maya", atau orang Melayu Pesisiran. Hal tersebut mungkin karena banyak orang Melayu yang berprofesi sebagai saudagar atau pelaut ulung. Maka biasanya, orang Melayu bermukim di daerah pesisiran.

Dan hal yang sudah menjadi kebiasaannya adalah berfam nama leluhurnya, misalnya gelar "Datuk", "Maulana", "Syah", "Musyarif", atau "Masyaikh" oleh karena tokoh pendahulu pernah mengabdikan diri pada Kerajaan Islam Melayu dahulu semasa hidupnya. Sementara fam keluarga Melayu lainnya, misalnya : Maulana Syah, Maulana Al Akbar, Maulana Al Malik, Maulana Al Daly, Maulana Ar-Rasyid dan sebagainya. Atau, gelar berdasarkan tempat tinggalnya, misalnya : Datuk atau Tok Pasai, Tok As-Singkili, Tok Langkat, Tok Pulau Sembilan dan sebagainya.

Ada juga orang Jawa yang berada di Sumatera karena dibawa oleh pemerintah kolonialis Hindia Belanda guna menjadi buruh-buruh perkebunan atau pabrik milik Meenir-Meenir Belanda, sehingga akhirnya sering juga disebut "Jakon atau Jawa Kontrak.

Pada masa penjajahan pemerintahan VOC Kolonial Hindia Belanda, banyak para alim ulama atau bangsawan yang berseberangan dengan politik kolonialis mengalami penderitaan pedih, akibat mereka diburu prajurit kompeni, atau diburu prajurit kerajaan yang bersekutu dengan VOC dengan dalih tuduhan bahwa mereka di golongkan sebagai kaum pemberontak. Bahwa para alim ulama dan para bangsawan yang mengabdikan hidupnya pada jalan keagamaan dianggap ancaman bagi petinggi pemerintahan kolonialis VOC di tanah Jawa.

Dalam kasus tersebut, agaknya beberapa leluhur Kakeknda dan Neneknda mengalaminya pula. Sehingga, dalam pelarian atau perantauannya, banyak nama-nama yang diganti sebagaimana nama pribumi lokal [nama-nama orang Jawa umumnya] agar tidak menimbulkan kecurigaan mata-mata kompeni, atau penguasa yang bersekutu dengannya.

Sehingga, nama-nama asli atau nama kecil para leluhur menjadi terselubung oleh nama-nama sapaan Beliau semua. Hal ini, menjadi terasa agak sulit untuk menelusuri jejak kesejarahan, karena rentan menimbulkan banyak sebutan, juga tafsir didalamnya? Misalnya, Daliman adalah panggilan harian untuk Abdal Iman? Atau, Paiman adalah panggilan harian untuk Musthafa Iman? Namun, setelah melalui proses suluk mudzakarah dan rabithah akhirnya terjawab juga..

[bersambung, dzhuhur dululaah..]

@ismudaly

1 komentar:

  1. Assalamualaikum....
    Adakah kontak/nomor yg bisa sy hubungi...
    Salam saudara dr banten

    BalasHapus