Suluk Thariqah Asy-Syadzily

Suluk Thariqah Asy-Syadzily

Kamis, 18 November 2010

Tarjamah Kitab Al Fath Al Muntadzar Pasal 3




MANAQIB HADRATUSY SYAIKHUNA ABU HASAN ALI ASY-SYADZILY

PASAL 3 



Syaikh Abil Chasan r.a pernah berkata kepada para sahabatnya : ”makanlah dari makanan yang enak-enak dan minumlah dengan minuman lebih lezat lebih segar dan tidurlah dikasur-kasur yang empuk dan pakailah pakaian yang lebih halus, lebih bagus, maka sesungguhnya diantara kalian semua ketika melakukan seperti itu dan mengucapkan Alhamdulillah maka seluruh anggota badan bisa menerima untuk bersyukur. 

Berbeda dengan makan makanan jelek, roti kasar dengan garam dan memakai pakaian kasar yang jelek dan tidur di atas bumi dan minum dengan air panasnya matahari dan setelah itu mengucapkan Alhamdulillah maka sesungguhnya ucapannya itu tercampur dengan rasa terpaksa dan kurang ikhlas (gerundel) dan sebagian dari rasa benci dengan takdirnya Alloh.  

Dan sesungguhnya apabila kalian melihat dengan mata hati sudah pasti bisa menemukan kejengkelan dan rasa kebencian tersebut yang kembali kepada dosa bagi orang-orang yang mengambil kenikmatan perkara dunia dengan yakin. Maka sesungguhnya yang dinamakan orang yang mengambil kenikmatan perkara dunia itu ialah melakukan perkara yang telah diwenangkan oleh Alloh swt dan barang siapa punya rasa jengkel dan benci maka sungguh berarti telah melakukan perkara yang diharamkan oleh Alloh swt.  

Ucapkan seperti ini adalah sebagian dari tanda bahwa Syaikh Abil Chasan r.a sebagian dari golongan ahli muroqobah (mengintai & meneliti) terhadap tingkah lakunya hati dan termasuk sebagian dari golongan ahli syukur.

Beliau juga berkata : ”murid toriqoh tak akan meningkat sama sekali kecuali setelah jelas benar-benar cinta kepada Alloh SWT, dan murid tak akan bisa benar-benar cinta Alloh sehingga benci dunia, dan ahli dunia, dan zuhud dengan kenikmatan dunia dan akhirat. 

Dan beliau berkata lagi : setiap murid toriqoh tentu ada rasa cinta dunia, maka Alloh akan membencinya menurut banyak sedikitnya di dalam cintanya terhadap dunia. Maka murid supaya membuang dunia lepas dari tangannya dan dari hatinya ketika awal masuknya di dalam toriqoh, dan ketika ada murid meminta talqin (pengajaran secara berhadap-hadapan) dengan guru atau mengambil janji terhadap guru sedangkan dia cenderung kepada dunia, maka dia harus kembali dari mana asal tempat datangnya, dan toriqohnya akan membuang dirinya. Maka sesungguhnya paling sedikitnya sebagai dasar murid masuk toriqoh yaitu zuhud di dalam bab dunia, maka barang siapa tidak zuhud di dalam bab dunia maka tidak sah baginya dibangun sesuatu di akhirat”. 

Syaikh Abi Chasan Asyadzily pernah berkata : 

Telapakku bisa di atas jidatnya para wali-wali : Ada di (kalangan) toriqoh itu tidak ada karomah yang lebih besar daripada karomah (berupa) iman, dan manut pada sunah Nabi, siapa orangnya yang sudah diberi iman dan bisa manut pada sunah Nabi, kemudian menginginkan selain yang kedua tadi, (jelas) orang itu hamba yang berpura-pura dan ahli bohong. Tidak ada dosa besar yang lebih besar dari pada dua perkara : (yaitu) cinta dunia sampai memilihnya (artinya menganggap lebih penting dari pada akhirat) dan terus menerus (berada di dalam) kebodohan sampai ridho. Karena cinta dunia itu sumber setiap kesalahan dan terus menerus (berada di dalam) kebodohan itu sumbernya maksiat.  

Kamu jangan terlalu meninggalkan dunia. Yang bisa menjadi sebab gelapnya dunia (menyelimuti harimu) dan menjadi lemah anggota badanmu. Yang akhirnya kamu kembali merangkul dunia setelah keluar dari dunia dengan Himmahmu (cita-citamu) atau fikiranmu atau keinginan atau gerakmu.  

Kamu supaya menetapkan perkara lima yang membersihkan badanmu yang ada dalam perkataan yaitu :  

”Subhaanallaahi wal hamdulullaahi wa laa ilaaha illallaahu wallaahu akbaru wa laa hau la wa laa quwata illaa billaahi”. 

Dan perkara lima yang membersihkan badanmu yang ada dalam pekerjaan yaitu solat lima waktu dan membersihkan badan dari rasa memiliki daya dan kekuatan. Tandanya orang yang mendapat kebahagiaan di akhirat, yaitu : orang yang tahu kebenaran lalu mau tawadu’ pada orang yang ahli kebenaran walaupun melakukan kejelekan apa saja. Dan tandanya orang yang celaka di akhirat yaitu orang yang menentang kebenaran dan menyombongi pada orang yang ahli kebenaran walaupun melakukan kebaikan apa saja.  

Syaikh Abil Chasan Asyadzili berkata : ”ichlas yaitu nur dari Alloh yang diletakkan dihati hamba Alloh yang beriman, kemudian nur ikhlas tersebut bercabang menjadi 4 kehendak : [1] Kehendak ikhlas di dalam beramal karena mengagungkan Alloh, [2] Kehendak ikhlas karena mengagungkan perintah Alloh, [3] Kehendak ikhlas karena mencari pahala dari Alloh, dan [4] Kehendak ikhlas di dalam membersihkan amal dari yang berbau mencari selain Alloh, dan tidak menjaga selain karena Alloh. 

Dan Syaikh Abil Chasan juga berkata : ”karomahnya orang-orang sidikin (orang-orang yang bersungguh dalam beriman kepada Alloh) itu ada 5 : [1] Langgengnya dzikir dan ta’at (ibadah kepada Alloh) dengan syarat istiqomah. [2] Zuhud (meninggalkan cinta dunia), senang mengambil sedikit dari dunia. [3] Memperbarui keyakinannya ketika ada macam-macam perkara yang menghalang-halangi kesungguhannya dalam beriman. [4] Resah bila berkumpul dengan orang yang ahli manfaat dan tenang bila berkumpul dengan orang yang ahli madhorot. [5] Apa yang dzohir pada dirinya seperti melipat bumi, berjalan di atas air dan lain-lain. Yang tidak berlaku di dalam kebiasaan manusia, kejadian yang seperti ini ada waktunya dan ada pada orang yang tertentu dan ada tempat tertentu. Jadi barang siapa yang mencari karomah yang ada dilain waktunya jarang.

Sekali bisa menemukan karomah badan yang seperti itu. Ringkasnya orang yang mencari karomah tidak akan diberi karomah, begitu juga orang yang hatinya membicarakan karimah dan usaha mencari karomah, yang diberi karomah badan itu khusus orang yang tidak melihat dirinya dan tidak melihat amal. Tetapi orang yang sibuk melihat apa yang disukai Alloh selalu melihat anugrahnya Alloh putus dari melihat dirinya dan amalnya.

Syaikh Abil Chasan berkata : ”Ada perkara lima yang barang siapa tidak ketempatan sesuatu dari perkara lima itu, maka dia tidak mempunyai iman : [1] Membenarkan perkaranya Alloh. [2] Ridho kepada qodhonya Alloh. [3] Pasrah kepada perkaranya Alloh. [4] Tawakal kepada Alloh. [5] Sabar ketika awalnya menghadapi bala’nya Alloh (bencana dari Alloh).







Syaikh Abil Chasan berkata : ”yang dinamakan ma’rifat yaitu : perkara yang mengajukan dirimu meninggalkan dari selain Alloh dan mengembalikan dirimu kepada Alloh”. Syaikh Abil Chasan berkata : ”Ada dua perkara yang memudahkan melewati jalan menuju Alloh yaitu : [1] Ma’rifat kepada Alloh. [2] Cinta kepada Alloh. Cintamu kepada suatu perkara itu menjadikan buta matamu dan tuli telingamu”

Syaikh Abil Chasan berkata : ”Bila kamu berkehendak selalu langgeng melihat Alloh dengan mata keimanan dan keyakinan, kamu supaya selalu mensyukuri nikmat Alloh, selalu ridho kepada qodhonya Alloh, dalam al-qur’an telah dikatakan ”apa saja nikmat yang ada pada diri kalian, itu semua dari Alloh, kemudian jika kau mengalami kemadhorotan, tentu kalian kembali minta pertolongan Alloh”.

Sebagian dari perkataan Syaikh Abil Chasan ialah : ”selalu tetaplah mohonlah ampun kepada Alloh walaupun tidak melakukan dosa dan ambillah ibarat dengan istigfarnya Rosululloh saw setelah menerima kabar gembira dari Alloh dan yakin dengan ampunan Alloh atas seluruh dosa yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan. Ya seperti ini untuk Rosululloh yang ma’sum (yang dijaga dari perbuatan dosa), yang tidak pernah melakukan dosa sama sekali dan bersih dari dosa. Lalu bagaimana anggapanmu terhadap orang yang tidak sepi dari cela dan dosa sewaktu-waktu”.
 
Syaikh Abil Chasan berkata : ”Ada satu kelakuan baik yang bila seorang hamba mau melakukan, bisa menjadi pimpinan masyarakat yang ada di masanya, yaitu : berpaling dari dunia (hatinya tidak lekat dengan harta/kedudukan), dan menahan sakitnya hati dari orang yang ahli dunia”. 


Syaikh Abil Chasan berkata : ”Jika kamu hendak berhutang kepada orang lain supaya hatinya menghadap kepada Alloh, dan berhutang atas namanya Alloh (di dalam hatinya), karena setiap apa-apa yang dihutang oleh hamba atas namanya Alloh maka Alloh akan menanggung pembayarannya”. 

Syaikh Abil Chasan berkata : ”Barang siapa yang mengajak (masyarakat) kepada Alloh dengan selain apa yang diajarkan oleh Rosululloh maka orang itu ahli bid’ah”. 

Syaikh Abil Chasan berkata : ”Bila ada orang fakir (murid toriqoh) tidak selalu (ajek) datang sholat lima waktu di dalam berjamaah, tidak perlu kau urusi”.  

Syaikh Abil Chasan berkata : ”Jika kau menganggap bagus sebagian dari tingkah lakumu yang batin dan dzohir dan kamu kuatir hilangnya, maka supaya kamu membaca : ”Masya Alloh Laa Quawwata illa billah”. 

Syaikh Abil Chasan berkata : ”Setiap karomah yang tidak dibarengi ridho dari Alloh, dan tidak dibarengi ridho orangnya yang karomah itu kepada Alloh, dan tidak dibarengi cintanya Alloh atau cintanya hamba kepada Alloh, orang yang mempunyai karomah tersebut dilulu oleh Alloh (istidroj) yang ditipu oleh syaithon, atau orang yang kurang sempurna, orang yang rusak berantakan”.  

Syaikh Abi Chasan ra berkata : wali quthub itu memiliki 10 karomah, barang siapa mengaku memiliki karomah 10 ini atau sebagian dari 10 ini supaya diperlihatkan : [1] Bisa memberi bantuan yang berupa rohmat husus dan penjagaan yang husus dari Alloh. [2] Bisa memberi bantuan sebagai pengganti salah satu wiliyulloh dan pengganti quthub. [3] Bisa memberi bantuan dari malaikat yang menyangga arasy. [4] Dibuka hatinya dari haqiqinya dzat dan mengusai macam-macamnya sifat. [5] Diberi kemulyaan menetapkan dan memisahkan antara dua wujud. [6] Pisahnya keadaan awwal dari keadaan awwal dan apa yang berpisah dari awwal sampai ujungnya dan apa yang telah tetap pada keadaaan awwal. [7] Kemulyaan menghukumi apa yang ada pada sebelumnya awwal. [8] Hukumnya apa yang sebelum awwal. [9] Hukum bagi orang yang tadi mempunyai sifat sebelumnya dan sifat sesudahnya. [10] Ilmu badi’ yaitu ilmu yang meliputi seluruh ilmu dan seluruh yang diketahui, yang lahir dari sirr yang awal sampai ujungnya kemudian kembali kepada awal.

Syaikh Abi Chasan r.a berkata : Barang siapa yang menghadap mahluq secara keseluruhan sebelum sampai pada tingkat kesempurnaan dirinya, tentu gugur dari perhatiannya Alloh, maka dari itu kalian semua supaya takut dengan penyakit yang besar ini, banyak sekali orang yang senang hatinya menghadapi masyarakat dan merasa puas sebab menjadi orang yang terkenal dan dicium tangannya oleh masyarakat, maka dari itu kalian semua supaya berpegang teguh dengan penjagaan Alloh menuju jalan yang lurus.  

Syaikh Abi Chasan r.a berkata : Penglihatan mata hati itu sama dengan penglihatan mata kepala, kejatuhan kotoran sedikit saja tidak bisa melihat walaupun tadi sampai buta, kemauan melakukan kejelekan sekali saja itu bisa mengotori pandangan mata hati dan bisa mengeruhkan fikiran dan kehendak (ma’riifat Alloh), dan bisa menghilangkan perbuatan baik sama sekali, melakukan kejelekan yang timbul dari suara hati tersebut, bisa membawa orang yang memiliki kelakuhan jelek itu dari bagian Islam, bila orangnya terus menerus melakukan kejelekan itu, Islam lepas dari orang itu satu bagian-satu bagian, bila sampai menggunjing dan memaki ulama’ dan orang-orang sholeh dan berkasih-kasihan dengan orang, dholim karena cinta dengan kedudukan dihadapan orang dholim tersebut, seluruh bagian-bagian Islam lepas dari orang itu. Kamu jangan sampai kena pengaruh oleh pakaian atau lagak orang yang seperti itu, karena orang yang seperti itu adalah tidak memiliki ruuh Islam, karena ruh Islam itu adalah cinta Alloh dan cinta Rosul Alloh dan cinta Ahirat dan cinta hamba Alloh yang sholih-sholih. 

Syaikh Abi Chasan berkata : Tidak ada taqwa bagi orang yang cinta dunia, yang memiliki taqwa itu hanya orang yang berpaling dari dunia. 

Syaikh Abi Chasan berkata : 

Jika kamu hendak melakukan suatu ’amal untuk dunia dan akhirot kamu supaya mengucap : 

”Yaa qowiyyu yaa ’aziizu yaa ’aliimu yaa qodiiru yaa samii’u yaa bashiiru". 

Syaikh Abi Chasan r.a berkata : kau tadi akan merasa baunya kedudukan menjadi walinya Alloh bila tidak benci dunia dan tidak benci orang yang ahli dunia. 

Syaikh Abi Chasan r.a berkata : Setiap kebaikan yang tidak menimbulkan nuur atau ilmu disaat melakukan, itu jangan kau anggap kalau kebaikan itu ada pahalanya, dan setiap kelakuhan jelek yang menimbulkan rasa takut kepada Alloh dan kembali kepada Alloh, itu jangan kau anggap dosa yang berbahaya.  

Syaikh Abi Chasan r.a berkata : 

Hati-hati jangan sampai pandangan mu itu berhenti terhadap mahluq, tetapi kau supaya menghentikan pandanganmu terhadap kemanfaatan dan kemadhorotan meninggalkan memandang mahluq, karena seluruh kemanfaatan dan kemadhorotan itu tidak keluar dari mahluq. 

Kau supaya melihat seluruh kemanfaatan dan kemadhorotan itu keluar dari Alloh terhadap dirinya mahluq, dan kau hendaknya lari kepada Alloh dari mahluq dengan memperhatikan taqdir yang berjalan pada dirimu dan yang berjalan pada diri mahluq, atau taqdir yang memberikan manfaat untuk dirimu atau bermanfaat untuk mahluq, kau jangan sampai takut yang menjadi sebab kau lupa dari Alloh jika kau berbuat seperti itu (mengembalikan taqdir kepada mahluq), kau akan kerusakan.  

Syaikh Abi Chasan berkata : Barang siapa meninggalkan ma’syiat pada anggota lahirnya dan membuang cinta dunia pada bathinnya dan selalu menjaga anggota lahirnya dan hatinya dari ma’syiat, orang itu akan menerima tambahan dari Tuhannya dan Alloh menugaskan malaikat yang menjaga orang itu dari hadapat Alloh, dan Alloh akan mengambil dan menarik orang itu pada setiap perkaranya ketika jatuh atau naik, tambahan yang akan diterima yaitu tambahan ilmu dan keyakinan dan kema’ripatan. 

Syaikh Abi Chasan berkata : kau jangan menunda-nunda to’at pada sewaktu-waktu pada waktu yang lain maka kau akan disiksa sebab putusnya to’at itu atau sebab putusnya to’at lainnya atau putusnya to’at yang sama dengan to’at itu sebagai tebusan waktu yang kau sia-siakan. Karena setiap waktu itu ada bagian to’atnya, maka kewajiban menghambakan diri atasmu itu menuntun dirimu dengan hukum ketuhanannya Alloh.  

Syaikh Abi Chasan r.a berkata : dalam menuju wusul kepada Alloh (sampai) itu tidak dengan sifat kependekatan (menjauh dari masyarakat), dan tidak dengan makan syair (makanan yang kasar), atau lebihan rontokan gandum, tetapi sesungguhnya jalan wusul kepada Alloh itu hanya dengan melaksanakan perintah Alloh dan yakin berada di bawah petunjuk Alloh, Alloh telah berfirman : ”Kami telah menjadikan mereka (bani israil) pimpinan masyarakat yang menunjukkan agama kami ketika mereka bersabar dan yakin dengan ayat-ayat kami. 

Syaikh Abi Chasan berkata : berhati-hatilah jangan sampai kau terjerumus pada perbuatan maksiat satu kali setelah mengulangi lainnya, karena orang yang melanggar undang-undang Alloh itu dia adalah orang dholim, dan orang yang dholim itu tidak bisa menjadi imam (panutan). Barang siapa yang meninggalkan maksiat dan sabar menghadapi ujian Alloh dan yakin dengan janji-janji Alloh dan ancaman-ancaman Alloh maka dia itulah imam walaupun pengikutnya sedikit.  

Syaikh Abi Chasan berkata : Bila Alloh menghina seorang hamba, apa yang menjadi kepentingan nafsunya orang tersebut dibuka oleh Alloh, dan apa yang menjadi aib dirinya dan agamanya (ibadahnya) di tutup oleh Alloh, maka orang yang seperti itu berbolak-balik bersenang-senang menuruti kesenangan hawa nafsunya sehingga menjadi kerusakan agamanya tanpa terasa (sedangkan masyarakat menganggap dia orang utama). 

Syaikh Abi Chasan berkata : setiap orang yang mengaku hatinya futuh (dibuka oleh Alloh) tetapi dirinya berpura-pura di dalam to’at ibadah kepada Alloh atau tamak dengan apa yang ada di tangan mahluq Alloh maka orang itu bohong. 

[Insya Allah, bersambung pada Tarjamah Kitab Al Fath Al Muntadzar Pasal 4, terima-kasih]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar